Khutbah Nabi SAW di Arafah



Sejumlah umat Muslim berjalan menuju Padang Arafah, Arab Saudi, untuk mengikuti prosesi wukuf. Foto: Antara.

REPUBLIKA.CO.ID – Rasulullah SAW cuma sekali menunaikan haji. Haji tersebut dinamakan Haji Wada’ yang berarti perpisahan. Perpisahan karena beliau mengetahui ajal beliau takkan lama lagi. Ketika wukuf di Padang arafah, beliau berpesan dalam Haji Wada’ tersebut melalui khutbahnya. Berikut khutbah Rasulullah:

“Sesungguhnya darah dan harta benda kamu adalah haram atas kamu sebagaimana haramnya hari ini, bulan ini, di negeri ini. Ingatlah! Sesungguhnya segala urusan jahiliyah telah gugur di bawah telapak kakiku, dan darah-darah jahiliyah seluruhnya telah gugur.”  

“Adapun darah kita yang pertama-tama aku gugurkan adalah darah Rabi’ah bin Harits bin Muthalib. Sedangkan riba kita yang pertama-tama aku gugurkan adalah riba milik Abbas bin Abdul Muthalib, maka sesungguhnya seluruh bentuk riba telah gugur.”

“Bertakwalah kepada Allah dalam hal kaum wanita, sebab kamu sekalian telah mengambil mereka dengan amanat Allah. Kamu pun telah berhak atas kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Sesungguhnya kamu berhak atas mereka agar seseorang yang tidak engkau sukai tidak memasuki rumahmu. Apabila mereka melakukan hal itu, pukullah mereka (istrimu) dengan pukulan yang tidak mencederai. Mereka pun berhak atas kamu, agar kamu memenuhi rezeki dan pakaian mereka dengan ma’ruf (baik).”

“Sesungguhnya aku telah meninggalkan sesuatu kepadamu yang mana apabila kamu berpegang teguh kepadanya, niscaya kamu tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah. Kamu sekalian akan ditanya tentang diriku, lalu apa jawabanmu?”

Kaum Muslimin serentak menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan, dan memberikan nasihat.”
Kemudian beliau mengangkat jari telunjuknya ke langit, lalu menghunjamkannya ke arah massa (orang banyak) seraya bersabda, “Ya Allah, saksikanlah! Ya Allah, saksikanlah! Ya Allah, saksikanlah!”

Kemudian Bilal azan lalu iqamat. Beliau pun mengerjakan shalat Dzuhur, lalu Bilal iqamat lagi, dan beliau mengerjakan shalat Ashar. Dan tidak mengerjakan shalat apa pun di antara keduanya.
Kemudian beliau menaiki untanya Al-Qushwa (unta Rasulullah) hingga mencapai mauqif (tempat wukuf). Beliau melututkan untanya dan menjadikan orang-orang yang berjalan kaki berada di hadapannya, lalu beliau menghadap ke arah kiblat. Beliau terus berwukuf hingga matahari terbenam dan cahaya kuningnya telah sedikit menghilang (pada saat matahari terbenam).

Usamah membonceng di belakang beliau, dan Rasulullah SAW pun bertolak seraya mengekang tali kendali untanya sehingga kepalanya mengenai bagian depan pelananya. Beliau bersabda dengan mengangkat tangan kanannya, “Tenanglah wahai manusia, tenanglah wahai manusia!”

Setiap kali melewati gundukan tanah, beliau sedikit mengendurkan tali kekang untanya agar ia dapat berjalan naik. Ketika sampai di Muzdalifah, beliau mengerjakan shalat jamak antara Maghrib dan Isya dengan satu kali azan dan dua kali iqamat.

 Selanjutnya Rasulullah SAW berbaring sampai terbit fajar dan beliau mengerjakan shalat Subuh hingga pagi terang. Sulaiman berkata, “Dengan satu nida (azan) dan satu iqamat.”
Kemudian beliau mengendarai untanya hingga mencapai Masy’aril Haram, lalu beliau naik ke atasnya. Utsman dan Sulaiman berkata, “Beliau menghadap ke arah kiblat, seraya mengucapkan tahmid, takbir, dan tahlil.” Utsman menambahkan, “Dan kalimat tauhid.”

Beliau tetap berwukuf hingga pagi telah benar-benar terang. Kemudian Rasulullah SAW bertolak sebelum matahari terbit, dengan membonceng Fadhal bin Abbas, seorang pria yang berambut bagus dan berkulit putih bersih.

Ketika Rasulullah SAW hendak berangkat, beliau melewati sekelompok wanita yang tengah berlalu (di atas unta). Maka Fadhal pun memandang ke arah mereka. Namun, Rasulullah SAW melekatkan tangannya ke muka Fadhal dan memalingkannya ke arah lain. Rasulullah SAW pun mengalihkan tangannya ke arah lain. Fadhal pun memalingkan mukanya ke arah lain.

Pada saat mencapai lembah Mahassir, beliau sedikit memacu, lalu merambah jalan yang menuju ke arah Jumrah Kubra. Beliau mencapai jumrah di sisi pohon, dan beliau melemparinya dengan tujuh butir kerikil. Beliau bertakbir setiap kali melemparkan batu kerikil itu dari perut lembah.

Berikutnya Rasulullah SAW pergi menuju Manhar (tempat pemotongan hewan kurban), kemudian beliau menyembelih dengan tangannya sendiri sebanyak enam puluh ekor unta, dan menyuruh Ali untuk menyembelih sisanya. Karena Ali telah berserikat dengan beliau pada hewan hadyu. Lalu beliau menyuruh agar setiap unta diambil sepotong dagingnya untuk dimasak di dalam panci. Maka Rasulullah SAW dan Ali memakan dagingnya dan meminum kuahnya.

Sulaiman berkata, “Berikutnya Rasulullah SAW menaiki kendaraannya dan bertolak menuju Baitullah, lalu melakukan shalat Dzuhur di Makkah. Beliau juga mendatangi kaum Bani Abdul Muthalib yang tengah menimba air Zamzam.

Beliau bersabda, “Pergilah kamu, wahai anak cucu Abdul Muthalib! Seandainya tidak ada kekhawatiran bahwa orang-orang akan merampas sumber airmu, niscaya aku akan pergi bersama kamu sekalian.” Lalu mereka menyodorkan setimba air kepada beliau, dan beliau pun minum air Zamzam darinya.” (Sunan Abu Daud: 11/182-186).



Sumber:
http://www.jurnalhaji.com/2012/04/27/khutbah-nabi-saw-di-arafah-1/
http://www.jurnalhaji.com/2012/04/27/khutbah-nabi-saw-di-arafah-2-habis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar