Bagaimana Melakukan Wukuf di Arafah?





Wukuf di Padang Arafah. Foto: Antara.

REPUBLIKA.CO.ID – Wukuf adalah berada di lokasi Arafah walaupun hanya sebentar dengan niat wukuf. Waktunya dilakukan sesudah tergelincirnya matahari pada hari kesembilan Dzulhijjah hingga tenggelamnya matahari.
Jarak antara Makkah dan Arafah sejauh 21 kilometer. Sementara jarak Makkah ke Mina 6,5 kilometer. Mina ke Muzdalifah 3,5 kilometer. Dari Muzdalifah ke Arafah 11 kilometer. Daerah Arafah masuk daerah Halal dan merupakan suatu lembah berpasir yang dikelilingi oleh bukit tinggi.
Di Padang Arafah terletak sebuah bukit yang dikenal dengan Jabal Rahmah yang tingginya 30 meter. Ada jalan untuk naik ke atas yang sudah dibuat tangga oleh Muhammad ibnu Ali As-Asuhani, pada tahun 559 Hijriyah.
Di bawahnya ada sebuah mushala yang dibangun dengan batu-batu besar yang dinamakan Masjid Sakhrat. Di lerengnya ada sebuah batu tinggi tempat berdiri khatib untuk berkhutbah pada waktu Ashar Hari Arafah. Di sanalah dahulu Nabi SAW melakukan wukuf. Rasulullah berada di atas untanya yang bernama Qashwa. Di puncaknya ada sebuah tiang dan batu yang kadang-kadang dinyalakan lampu.
Dalam At-Thabari diterangkan bahwa kita dianjurkan melakukan wukuf di situ. Di dalam kitab Al-Hawi, Al-Mawardi juga menganjurkan agar kita mendatangi bukit itu, karena itulah bukit doa tempat nabi-nabi melakukan wukuf.
Namun dalam Al-Majmu’ dikatakan bahwa apa yang disampaikan di atas tidak mempunyai dasar. Karena tidak ada hadis yang sahih yang menganjurkan hal tersebut. Yang dianjurkan adalah wukuf di tempat Nabi melakukannya. Menurut Imamul Haramain, naik ke Jabal Rahmah bukanlah suatu ibadah walaupun banyak yang melakukannya.
Sesudah terbit matahari pada Hari Arafah, perjalanan menuju Arafah dianjurkan melalui jalan Dhab dengan mengucapkan takbir, tahlil, dan talbiyah.
Dianjurkan untuk berhenti di Namirah, yaitu sebuah masjid dan tempat istirahat sebelum memasuki Arafah. Dianjurkan juga untuk mandi di situ untuk wukuf di Arafah. Setelah itu langsung menuju Padang Arafah dan mencari tempat mauqif (tempat melakukan wukuf), yaitu sesudah tergelincirnya matahari di siang hari.
Jika hari yang ketujuh bulan Dzulhijjah tersebut jatuh pada hari Jumat, maka Amirul Hajj mengucapkan khutbah untuk Jum’at. Sesudah shalat Jumat barulah diucapkan khutbah haji.
Menurut ulama Syafi’iyah, jika Hari Tarwiyah jatuh pada hari Jumat, maka hendaklah berangkat ke Mina sebelum terbit fajar. Hal tersebut dikarenakan jamaah bisa lama di perjalanan dan bisa menyebabkan mereka tidak melaksanakan shalat Jum’at karena masih di perjalanan.
Wukuf sah dilakukan di mana saja di Padang Arafah, terkecuali di Lembah Arinah (terletak sebelah barat Arafah). Melakukan wukuf di lembah tersebut tidak sah dan tidak ada pertentangan antara ulama mengenai hukum ini.
Disunahkan melakukan wukuf di sisi Shakharat atau di dekatnya seberapa dapat. Karena Rasulullah SAW melakukan wukufnya di tempat tersebut.
Dianjurkan bagi orang yang akan melakukan wukuf untuk mandi terlebih dahulu. Menurut riwayat Malik, Ibnu Umar terlebih dahulu mandi untuk melakukan wukuf di Padang Arafah. Demikian pula, Umar mandi di Arafah dalam keadaan bertalbiyah.
Sebaiknya kita melakukan wukuf dalam keadaan suci yang penuh. Wukuf sambil menghadap kiblat serta membaca dzikir, istighfar dan doa baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain. Berdoa dan meminta kepada Allah menurut apa yang kita suka. Baik itu mengenai urusan dunia maupun mengenai urusan akhirat.
Usamah bin Zaid menerangkan bahwasanya Rasulullah SAW berada di Arafah sedangkan Usamah duduk di belakang beliau di atas kendaraannya. Rasulullah berdoa dengan mengangkat tangannya. (HR. Nisa’i).
Menurut riwayat Ahmad dan Turmudzi, doa yang paling banyak diucapkan Nabi pada hari-hari Arafah adalah “la ilaha illallah, wahdahu la syarika lahu, lahul mulku walahul hamdu biyadihil khair, wahuwa ala kulli syai’in qadir.”
Ucapan ini tidaklah hanya dipandang sebagai dzikir, bahkan dipandang sebagai doa. Apabila para hamba menyanjung Allah dan tidak sempat berdoa, maka Allah akan memberikan kepadanya sesuatu yang lebih utama dari yang Allah berikan kepada orang yang memohonnya.
Diriwayatkan dari Ali RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya doa-doa yang terbanyak diucapkan nabi-nabi sebelumku dan doaku pada Hari Arafah ialah, “Tidak ada Tuhan melainkan Allah sendirinya, tidak ada sekutu bagi Nya. Hanya Dialah yang mempunyai pemerintahan, dan hanya Dialah yang mempunyai puji-pujian dan Dia senantiasa berkuasa atas segala sesuatu. Wahai Tuhanku, jadikanlah cahaya pada pandanganku, jadikanlah cahaya pada pendengaranku, jadikanlah cahaya pada hatiku. Wahai Tuhanku, lepaskanlah daku, mudahkanlah urusanku. Wahai Tuhanku, aku berlindung dengan Engkau dari penyakit hati dan dari bercerai-berainya urusan, dari kejahatan fitnah kubur, dari kejahatan sesuatu yang masuk ke dalam malam dan dari sesuatu kejahatan yang masuk ke siang hari, dari kejahatan sesuatu yang dihembuskan oleh angin dan dari kejahatan bencana’bencana yang membinasakan.” (HR. Baihaqi).
Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Hannan Putra
Sumber: Pedoman Haji oleh Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy

Sumber:
http://www.jurnalhaji.com/2012/05/29/bagaimana-melakukan-wukuf-di-arafah/
http://www.jurnalhaji.com/2012/05/30/bagaimana-melakukan-wukuf-di-arafah-2-habis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar